Sejarah Kesusastraan Indonesia Awal Sebelum Kemerdekaan: Pandangan Sosio-Historis dan Jejak Kontribusi Orang Tionghoa Peranakan di Batavia 1870-1940-an. Oleh: Yose Rizal Triarto

  1. LATAR BELAKANG MASALAH

Orang Tionghoa di Indonesia pada umumnya dapat dibagi menjadi Tionghoa “Peranakan” yang biasanya tidak bisa berbahasa Tionghoa dan Tionghoa “Totok” yang masih mempertahankan bahasa Tionghoa dan dialek Cina. Tionghoa peranakan berdomisili di Indonesia selama beberapa abad. Pada zaman sebelum PD II, ada Tionghoa peranakan yang menerima pendidikan bahasa Belanda atau bahasa Indonesia; ada juga yang masuk sekolah Tionghoa (Sekolah Tiong Hoa Hwee Koan). Namun, bahasa ibu Tionghoa peranakan, pada dasarnya masih berbahasa Indonesia atau bahasa daerah Nusantara.

Orang Tionghoa peranakan hadir di Indonesia pada masa sulit penjajahan kolonial Belanda. Dari sanalah muncul berbagai karya-karya sastra yang mendasari ungkapan etnis Tionghoa akibat penjajahan kolonial Belanda. Karya etnis Tionghoa peranakan lebih berdasarkan kehidupan nyata yang dialaminya, kemudian diungkapkan dalam bentuk cerita, misalnya novel. Ini merupakan ciri khas yang dimiliki Melayu Tionghoa dalam menghadirkan karya sastra di khasanah Indonesia. Salah seorang sastrawan yang muncul pada masa itu adalah Kwee Tek Hoay dengan berbagai karya sastranya yang sangat tenar pada masa itu. Bahkan Melayu Tionghoa tidak lepas dari kaitannya dengan Balai Pustaka, karena Balai Pustaka merupakan Lembaga yang didirikan pemerintahan Belanda yang bergerak dalam bidang penerbitan bacaan rakyat. Oleh karena itu, sebuah karya sastra yang diciptakan harus melalui Balai Pustaka.

Kesusastraan peranakan Tionghoa, dalam hal ini adalah Melayu Tionghoa atau Melayu Lingua Franca (atau Melayu Rendah/ Melayu Pasar, yaitu bahasa Melayu yang dipakai sebagai bahasa dagang dan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari di Hindia Belanda – dalam penelitian ini, penulis memilih menggunakan istilah yang dipakai Pramoedya Ananta Toer, yaitu “Melayu Lingua Franca”) adalah sebuah tiang pancang sejarah sastra yang agaknya memang telah terlupakan di bumi Nusantara. Melayu Tionghoa merupakan sastra melayu yang masih mencari penerimaan negara dan masyarakat luas sebagai sebuah bentuk karya sastra. Selama hampir seabad (1870-1960) dihasilkan tidak kurang dari 3.005 karya sastra dengan mengikutsertakan 806 penulis yang jauh melampaui jumlah karya dan penulis dalam sastra Indonesia Modern. karya Sastra Melayu Tionghoa merupakan suatu pandangan dan cerminan kritis terhadap perubahan sosial, politik, pendidikan, dan sejarah kemasyarakatan yang terjadi pada semasa puncak Pac Neerlandica (masa keemasan penjajahan Belanda) dan beberapa dekade awal kemerdekaan Indonesia, yaitu pergulatan mencari identitas dan pengakuan yang dialami etnis Tionghoa, tergambar dalam karya-karya tersebut. Keadaan etnis Tionghoa itu sendiri tidak seragam, ada yang berorientasi ke negeri leluhur, berpihak pada Indonesia, atau memuja kolonialisme Belanda, terekam dalam rangkaian karya tersebut.

2. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah pandangan sosio-historis dan jejak kontribusi orang Tionghoa peranakan di Batavia 1870-1940-an. Untuk menjawab permasalahan tersebut diajukan beberapa pertanyaan penelitian antara lain:

  1. Bagaimana asal-usul dan posisi sosio-historis orang Tionghoa peranakan di Batavia pada rentang tahun 1870-1940-an?
  2. Bagaimana sebaran bentuk dan genre karya-karya sastra orang Tionghoa peranakan di Batavia pada rentang tahun 1870-1940-an dalam konteks kesejarahan sastra Indonesia?
  3. Bagaimana isi pandangan sosio-historis dari karya-karya sastra orang Tionghoa peranakan terhadap perubahan sosio-historis kemasyarakatan di Batavia sendiri pada rentang tahun 1870-1940-an?

3. RUANG LINGKUP MASALAH

Ruang lingkup masalah penelitian dan penulisan ini adalah Indonesia masa kolonialisme dan setelah Indonesia memperoleh kemerdekaan yakni pada rentang tahun 1870-1940-an dengan mengkaji hasil-hasil karya kesustraan orang Tionghoa peranakan pada saat itu di Batavia. Pemilihan sejarah sastra Indonesia awal dipilih karena masih minimnya publikasi dalam negeri yang terkait sejarah sastra Indonesia. Kontribusi orang Tionghoa peranakan dipilih karena selain masih sedikitnya pengakuan dan penerimaan negara dan masyarakat luas dalam bentuk bukti-bukti tertulis akan sumbangsih orang Tionghoa peranakan. Rentang tahun 1870-1940-an dan Batavia dipilih karena, menurut sumber-sumber tertulis yang sebagaimana akan disebutkan dalam telaah dan daftar pustaka, selama hampir seabad (1870-1960) telah dihasilkan tidak kurang dari 3.005 karya sastra dengan mengikutsertakan 806 penulis yang jauh melampaui jumlah karya dan penulis dalam sejarah sastra Indonesia Modern, namun justru pada rentang tahun 1870-1940-an itulah terdapat masa Indonesia sebelum kemerdekaan dengan peristiwa-peristiwa sosio-historis yang signifikan dan terekam dalam hasil-hasil karya kesustraan orang Tionghoa peranakan pada saat itu di Batavia yang telah lama dikenal sebagai pusat pemerintahan, administrasi, dan perdagangan.

4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

  1. Mengetahui asal-usul dan posisi sosio-historis orang Tionghoa peranakan di Batavia pada rentang tahun 1870-1940-an.
  2. Mengetahui sebaran bentuk dan genre karya-karya sastra orang Tionghoa peranakan di Batavia pada rentang tahun 1870-1940-an dalam konteks kesejarahan sastra Indonesia.
  3. Mengetahui isi pandangan sosio-historis dari karya-karya sastra orang Tionghoa peranakan terhadap perubahan sosio-historis kemasyarakatan di Batavia sendiri pada rentang tahun 1870-1940-an.

Manfaat penelitian ini adalah untuk:

  1. Melengkapi historiografi Indonesia khususnya tentang Sejarah Kesusastraan Indonesia Awal Sebelum Kemerdekaan: Pandangan Sosio-Historis dan Jejak Kontribusi Orang Tionghoa Peranakan di Batavia 1870-1940-an.
  2. Digunakan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk pertimbangan kebijakan-kebijakan nasional berikutnya khususnya yang terkait dengan keberadaan orang Tionghoa peranakan di Jakarta dan Indonesia saat ini.

5. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi empat tahap. Tahap pertama heuristik yang berupa pencarian sumber dari beberapa tempat. Pada tahap ini sumber yang ditemukan adalah 8 sumber tertulis yang berupa 5 buku dengan judul yakni: Sastera Indonesia-Tionghoa, Sastra Indonesia Awal: Kontribusi Orang Tionghoa, Peranakan Tionghoa di Nusantara, Pucuk Gunung Es: Kelisanan dan Keberaksaraan dalam Kebudayaan Melayu-Indonesia, dan Melayu Tionghoa dan Kebangsaan Indonesia Jilid 1. Dan 3 papers hasil penelitian dengan judul: Chinese Malay literature of the Peranakan Chinese in Indonesia 1880-1942., Stereotip Terhadap Masyarakat Tionghoa Dalam Ca-Bau-Kan, dan The Impact of Balai Pustaka on Modern Indonesian Literature. Tahap selanjutnya adalah kritik sejarah yang digunakan untuk menguji tahap pertama. Kritik dilakukan dengan membandingkan sumber yang satu dengan sumber yang lain. Setelah kritik tahap berikutnya adalah interpretasi. Dalam hal ini penulis memberikan makna terhadap fakta-fakta, hasil verifikasi, menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lain. Tahap terakhir dari metode penelitian ini dalah historiografi atau menuliskan tentang penelitian Sejarah Sejarah Kesusastraan Indonesia Awal Sebelum Kemerdekaan: Pandangan Sosio-Historis dan Jejak Kontribusi Orang Tionghoa Peranakan di Batavia 1870-1940-an berdasarkan kaidah-kaidah ilmu sejarah.

6. KAJIAN PUSTAKA

Penelitian ini bukan satu-satunya penelitian tentang sejarah sastra Indonesia Awal yang terdokumentasikan melalui karya-karya kontribusi orang Tionghoa peranakan pada rentang tahun 1870-1960. Ada beberapa penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya yakni buku Sastra Indonesia Awal: Kontribusi Orang Tionghoa karya Claudine Salmon yang mengulas tentang, selama kurun waktu hampir 100 tahun (1870-1960) kesusastraan Melayu Tionghoa ada 806 penulis dengan 3.005 buah karya., namun tidak menjelaskan secara rinci akan bagaimana pandangan sosio-historis dan jejak kontribusi orang Tionghoa peranakan di Batavia 1870-1940-an.

Penelitian yang penulis lakukan berbeda denngan penelitian sebelumnya. Penelitian yang penulis lakukan berfokus pada pandangan sosio-historis dan jejak kontribusi orang Tionghoa peranakan di Batavia 1870-1940-an.

Dalam penelitian ini digunakan konsep-konsep pendekatan sastra dan sejarah untuk memberi jawab pada rumusan masalah di atas.

7. SISTEMATIKA PENELITIAN

Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab pertama pendahuluan yang berisikan permasalahan, lingkup masalah, metode penelitian, kajian pustaka, dan sistematika penelitian.

Bab dua membahas tentang asal-usul dan posisi sosio-historis orang Tionghoa peranakan di Batavia pada rentang tahun 1870-1940-an.

Bab tiga membahas tentang sebaran bentuk dan genre karya-karya sastra orang Tionghoa peranakan di Batavia pada rentang tahun 1870-1940-an dalam konteks kesejarahan sastra Indonesia.

Bab empat membahas tentang isi pandangan sosio-historis dari karya-karya sastra orang Tionghoa peranakan terhadap perubahan sosio-historis kemasyarakatan di Batavia sendiri pada rentang tahun 1870-1940-an.

Bab lima tentang kesimpulan menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan dalam bab pertama.

 

DAFTAR PUSTAKA

Kwee, John B. 1977. Chinese Malay literature of the Peranakan Chinese in Indonesia 1880-1942. Thesis, PhD Asian Languages and Literature, University of Auckland.

Nio Joe Lan. 1962. Sastera Indonesia-Tionghoa. Jakarta: Gunung Agung.

Prasnowo, Sukojati. 2007. Stereotip Terhadap Masyarakat Tionghoa Dalam Ca-Bau-Kan. Skripsi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

Salmon, Claudine. 2010. Sastra Indonesia Awal: Kontribusi Orang Tionghoa. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Santosa, Iwan. 2012. Peranakan Tionghoa di Nusantara. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Sweeney, Amin. 2011. Pucuk Gunung Es: Kelisanan dan Keberaksaraan dalam Kebudayaan Melayu-Indonesia. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Tan Teng Kie, Lie Kim Hok & Gouw Peng Liang. 2000. Kesastraan Melayu Tionghoa dan Kebangsaan Indonesia Jilid 1. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Teeuw, A, 1972. The Impact of Balai Pustaka on Modern Indonesian Literature dalam Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London, Vol. 35, No. 1.